Perbedaan HIV dan AIDS: Mitos, Fakta & Cara Pencegahan

hiv dan aid
perbedaan hiv dan aids yang perlu kamu ketahui, tidak sama. Sumber: IST

Halo, Bro n Sis! Hari ini kita mau bahas topik yang super penting dan sering bikin bingung, yaitu perbedaan antara HIV dan AIDS. Mungkin kalian sering dengar dua istilah ini dan berpikir keduanya adalah penyakit yang sama, padahal sangat jauh beda, lho

Nah, artikel ini hadir untuk memberikan informasi lengkap tentang perbedaan HIV dan AIDS karena penting sekali buat kalian memahami penyakit menular seksual ini dan membantu untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap teman-teman yang hidup dengan HIV atau ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).

HIV dan AIDS adalah masalah global yang memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Meskipun informasi tentang ini sudah banyak beredar, masih banyak orang yang enggak mengerti betul apa itu HIV dan AIDS, gimana cara penularannya, dan apa yang membedakan keduanya.

Dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa lebih waspada, mendukung teman-teman yang terinfeksi, dan ikut serta dalam pencegahan penyebaran virus ini. Yuk, mulai pembahasannya dari pengertian apa itu HIV. Keep scrolling, Bro n Sis!

Apa Itu HIV?

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV adalah jenis virus yang sangat jahat karena menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, khususnya sel-sel CD4 atau yang biasa disebut sel-T. Sel-sel ini sangat penting buat melawan infeksi dan penyakit. Nah, ketika HIV menyerang, jumlah sel CD4 kita bakal turun drastis, bikin tubuh kita jadi lemah dan gampang banget kena penyakit.

Virus ini beredar dengan pintar, Bro n Sis. Begitu masuk ke tubuh, dia bakal membuat pengidapnya merasa seperti flu biasa. Tapi setelah itu, virus ini bisa bersembunyi di dalam tubuh tanpa menunjukkan gejala yang nyata selama bertahun-tahun. 

Meskipun kelihatan sehat, virus ini tetap aktif dan perlahan-lahan menghancurkan sistem kekebalan dari dalam. Berikut ini adalah tiga tahap infeksi HIV yang perlu kalian ketahui.

1. Tahap Akut 

Ini adalah tahap awal setelah terinfeksi, biasanya muncul gejala mirip flu seperti demam, sakit tenggorokan, dan nyeri otot. Gejala ini biasanya muncul satu sampai dua bulan setelah terinfeksi.

2. Tahap Latensi Klinis

Pada tahap ini, HIV aktif tapi enggak menunjukkan gejala yang berarti. Bisa berlangsung bertahun-tahun, dan selama ini, virus terus merusak sel CD4 kita.

3. Tahap AIDS

Ini adalah tahap paling serius di mana sistem kekebalan tubuh kita sudah rusak parah dan kita jadi rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit yang serius.

Apa Itu AIDS?

AIDS itu singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS adalah kondisi yang disebabkan oleh infeksi HIV yang sudah berkembang lebih lanjut. Atau secara singkat AIDS adalah penyakitnya dan HIV adalah virusnya.

AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. Ketika seseorang terkena HIV dan virus ini terus merusak sistem kekebalan tubuh tanpa diobati, tubuh akan semakin lemah. Pada tahap ini, jumlah sel CD4 dalam tubuh kita sangat rendah, biasanya di bawah 200 sel per milimeter kubik darah, sedangkan yang dibutuhkan manusia normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. 

Dengan sistem kekebalan yang sudah rusak ini, tubuh jadi enggak lagi mampu melawan infeksi dan penyakit yang biasanya bisa diatasi oleh orang dengan sistem kekebalan yang sehat.

Orang yang sudah sampai tahap AIDS biasanya mengalami berbagai kondisi kesehatan serius yang disebut infeksi oportunistik. Ini adalah jenis infeksi yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang lemah, jadi mereka bisa masuk ke dalam tubuh dengan mudah. Berikut adalah beberapa contoh infeksi oportunistik.

  • Pneumonia Pneumocystis Jirovecii: Infeksi paru-paru yang bisa sangat serius pada orang dengan AIDS.
  • Toksoplasmosis Otak: Infeksi yang menyerang otak dan bisa menyebabkan gejala neurologis parah.
  • Tuberkulosis (TBC): Penyakit paru-paru yang juga bisa menyerang bagian tubuh lainnya.
  • Kandidiasis: Infeksi jamur yang bisa menyerang mulut, tenggorokan, atau vagina.
  • Sarkoma Kaposi: Jenis kanker yang menyebabkan lesi ungu pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.

Selain itu, orang dengan AIDS juga lebih rentan terhadap beberapa jenis kanker seperti limfoma dan kanker serviks invasif. Gejala AIDS juga termasuk penurunan berat badan yang drastis, kelelahan ekstrem, demam berkepanjangan, keringat malam, dan diare kronis.

Tapi tenang dulu, Bro n Sis, dengan pengobatan yang tepat, banyak orang yang terjangkit virus HIV tidak pernah berkembang menjadi AIDS. Makanya, penting banget buat melakukan tes dan memulai pengobatan sedini mungkin. 

Perbedaan HIV dan AIDS

Jadi, apa perbedaan antara penyakit HIV dan AIDS? Perbedaan HIV dan AIDS yang mudah dimengerti adalah, HIV itu virus yang menyerang imunitas tubuh dan bisa berkembang menjadi penyakit AIDS bagi pengidapnya. AIDS adalah tahapan akhir dari pengidap HIV yang tak kunjung diobati. Virus HIV yang menghancurkan sel-sel CD4, membuat daya imunitas tubuh dalam memproteksi diri dari infeksi dan penyakit jadi melemah. 

Semakin lemah sistem kekebalan tubuh ini, semakin banyak penyakit yang mudah masuk ke dalam tubuh dan berkembang menjadi AIDS. Biasanya, kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh HIV akan melemah jika dibiarkan tanpa pengobatan selama beberapa tahun. Ketika jumlah sel CD4 sudah di bawah 200 sel per milimeter kubik darah, seseorang bisa disebut mengidap AIDS dan berpotensi untuk terinfeksi virus oportunistik lainnya yang mudah masuk ke dalam tubuh yang lemah.

Orang yang terpapar oleh HIV sering kali enggak menunjukkan gejala, atau gejala yang muncul hanya seperti flu saja, Bro n Sis. Makanya, banyak yang kurang aware dengan kondisi tubuh mereka karena menganggap sakit flunya sepele, padahal mereka enggak mengetahui bahwa flu tersebut adalah gejala awal dari HIV.

Sedangkan orang yang sudah mengidap AIDS akan mengalami gejala yang lebih parah seperti penurunan berat badan drastis, mudah lelah yang sangat ekstrem, terus menerus demam, mudah keringatan sampai mudah terinfeksi penyakit serius seperti pneumonia dan TBC.

Gejala HIV

Bro n Sis, pasti kalian bertanya-tanya, apa gejala awal penderita HIV? Di tahap awal setelah terinfeksi HIV, kebanyakan orang mengalami gejala mirip flu. Gejala ini biasanya muncul satu sampai dua bulan setelah terpapar virus. Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain:

  • Demam: Biasanya disertai dengan menggigil.
  • Panas Dingin: Badan terasa dingin dan menggigil meskipun suhu tubuh meningkat.
  • Kelelahan: Rasa lelah yang tidak biasa meskipun tidak melakukan aktivitas berat.
  • Sakit Tenggorokan: Tenggorokan terasa nyeri dan tidak nyaman.
  • Nyeri Otot: Otot-otot terasa sakit dan pegal.
  • Berkeringat di Malam Hari: Keringat berlebihan saat tidur malam.
  • Ruam: Muncul ruam pada kulit.
  • Pembengkakan Kelenjar Getah Bening: Kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan membengkak.
  • Luka di Mulut: Muncul sariawan atau luka di mulut.

Gejala-gejala ini biasanya berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian hilang. Setelah itu, HIV masuk ke tahap latensi klinis di mana virus tetap aktif di dalam tubuh tapi tidak menunjukkan gejala yang jelas.

Di tahap latensi klinis virus HIV terus menyerang dan menghancurkan sel CD4, tapi sering kali tanpa gejala yang jelas. Beberapa orang mungkin tidak merasakan apa-apa selama bertahun-tahun. Meskipun begitu, virus ini tetap aktif dan terus merusak sistem kekebalan tubuh.

Gejala AIDS

Kalau HIV tidak diobati, akhirnya akan berkembang menjadi AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh kalian sudah rusak parah dan gejala-gejala serius mulai muncul. Beberapa gejala AIDS yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Penurunan Berat Badan yang Drastis: Berat badan turun secara signifikan tanpa sebab yang jelas.
  • Kelelahan Ekstrem: Rasa lelah yang luar biasa dan tidak hilang meskipun sudah istirahat.
  • Demam Berkepanjangan: Demam yang tidak kunjung hilang.
  • Keringat Malam: Berkeringat berlebihan saat tidur malam.
  • Diare Kronis: Diare yang berlangsung lama dan sulit diatasi.
  • Luka di Mulut atau Alat Kelamin: Muncul sariawan atau luka di mulut dan alat kelamin.
  • Infeksi Oportunistik: Infeksi yang biasanya tidak berbahaya tapi bisa sangat serius pada orang dengan AIDS, seperti pneumonia, TBC, dan toksoplasmosis otak.
  • Sarkoma Kaposi: Jenis kanker yang menyebabkan lesi ungu pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
  • Limfoma: Kanker yang menyerang sistem limfatik.

Gejala-gejala AIDS ini menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh sudah sangat lemah dan enggak lagi mampu melawan infeksi dan penyakit dengan efektif. Itulah kenapa penting banget untuk mendeteksi HIV sedini mungkin dan memulai pengobatan sebelum berkembang menjadi AIDS.

Cara Penularan HIV

Setelah mengetahui berbagai macam gejalanya, diantara kalian pasti masih ada yang penasaran dengan bagaimana penularan HIV dapat terjadi? HIV bisa terjadi karena hubungan seksual tanpa kondom, berbagi jarum suntik, dari ibu ke anak, dan transfusi darah.

1. Hubungan Seksual Tanpa Kondom

HIV paling sering menular melalui hubungan seks vaginal atau anal tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi virus tersebut. Virus ini bisa masuk ke tubuh melalui selaput lendir dari vagina, penis, atau anus.

2. Berbagi Jarum Suntik

Menggunakan jarum suntik secara bergantian untuk menyuntikkan narkoba juga merupakan salah satu cara penularan utama. Virus ini bisa berpindah melalui darah yang tertinggal di jarum suntik.

3. Dari Ibu ke Anak

HIV juga bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Namun, dengan pengobatan yang tepat, risiko ini bisa dikurangi secara signifikan.

4. Transfusi Darah

Di beberapa kasus yang jarang terjadi, HIV bisa menular melalui transfusi darah yang terkontaminasi. Namun, sekarang transfusi darah di kebanyakan negara sudah melalui screening ketat untuk mencegah penularan ini.

Mitos dan Fakta tentang Penularan HIV dan AIDS

Masih banyak mitos tentang bagaimana HIV bisa menular. Mitos-mitos ini harus diluruskan kebenarannya agar enggak lagi tersebar dengan informasi yang salah. Berikut adalah mitos tentang penularan HIV yang sering disebarkan. 

Mitos HIV dan AIDS

1. HIV Menular Melalui Sentuhan: Faktanya, HIV enggak bisa menular melalui sentuhan, pelukan, atau berjabat tangan, Bro n Sis. Virus ini bisa berpindah melalui cairan tubuh seperti lendir dari vagina, penis, atau anus.

2. HIV Menular dari Air Liur: Nope! HIV enggak menular melalui air liur ya, Bro n Sis, jadi virus ini enggak bisa menular melalui ciuman biasa, atau berbagi makanan dan minuman. 

3. HIV Menular Melalui Keringat atau Air Mata: Meski keringat, air mata, dan urine adalah cairan yang keluar dari tubuh, cairan jenis ini enggak mengandung cukup virus untuk menularkan HIV.

4. HIV Bisa Ditularkan Melalui Gigitan Serangga: Mitos yang ini salah besar ya, Bro n Sis. Gigitan nyamuk atau serangga lainnya enggak bisa menularkan HIV. Nyamuk itu bukan seperti jarum suntik bekas yang bisa memindahkan sel darah orang dengan HIV ke orang lain.

5. HIV Hanya Menyerang Kelompok Tertentu: Nyatanya, HIV bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan dengan segala orientasi seksualnya, jika mereka enggak menerapkan gaya hidup yang sehat.

6. HIV Bisa Menular melalui Sentuhan atau Pelukan: Faktanya, HIV enggak bisa menular melalui sentuhan, pelukan, berjabat tangan, atau menggunakan toilet umum.

Setelah mengetahui mitos-mitos tentang HIV, Bro n Sis jangan sampai salah lagi dalam menyebarkan informasi, ya. Kalau bisa, luruskan informasinya jika kalian mendengar ada berita yang salah. 

Selain itu, berikut ini adalah fakta-fakta dari HIV dan AIDS.

Fakta HIV dan AIDS

1. Deteksi Dini dan Pengobatan Dini Bisa Mencegah HIV: Betul, melakukan tes HIV secara rutin dan memulai pengobatan segera setelah didiagnosis bisa mencegah perkembangan penyakit dan menjaga kesehatan.

2. Obat ART Itu Efektif: Terapi antiretroviral (ART) sangat efektif dalam menekan viral load hingga tidak terdeteksi dan mencegah penularan HIV ke orang lain.

3. Dukungan kepada ODHA: Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas bisa membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup bagi mereka yang hidup dengan HIV atau ODHA. Jangan bertindak diskriminatif terhadap mereka ya, Bro n Sis.

Jenis-jenis Tes untuk Diagnosa HIV

Ada beberapa cara untuk melakukan diagnosa HIV. Untuk melakukan tes HIV, bisa dilakukan oleh siapa pun, kok. Mengetahui status HIV itu penting banget biar bisa segera mengambil langkah yang tepat kalau memang terinfeksi. 

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan tes HIV setidaknya sekali bagi semua orang berusia 13 hingga 64 tahun, sebagai bagian dari perawatan kesehatan rutin. Tes HIV bisa dilakukan di fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit dibantu oleh tenaga medis. Bisa juga dilakukan di rumah, dan kemudian hasilnya dikonsultasikan pada tenaga medis.

1. Tes Antigen/Antibodi

Tes ini mencari keberadaan antigen (protein dari virus) dan antibodi (protein yang diproduksi tubuh untuk melawan infeksi) dalam darah. Tes ini bisa mendeteksi HIV dalam 18 hingga 45 hari setelah terpapar. Biasanya dilakukan dengan mengambil sampel darah dari lengan.

2. Tes Antibodi

Tes ini hanya mencari antibodi HIV dalam darah atau air liur. Biasanya bisa mendeteksi HIV dalam 23 hingga 90 hari setelah terpapar. Tes ini bisa dilakukan dengan mengambil darah dari jari atau sampel air liur.

3. Tes Asam Nukleat (NAT)

NAT mencari keberadaan virus HIV itu sendiri dalam darah. Tes ini bisa mendeteksi HIV dalam 10 hingga 33 hari setelah terpapar. Biasanya digunakan jika ada risiko tinggi atau jika tes lainnya memberikan hasil yang kurang pasti.

Pengobatan dan Pencegahan HIV

Terapi Antiretroviral (ART)

Terapi Antiretroviral (ART) adalah pengobatan yang menggunakan kombinasi obat untuk melawan HIV. Obat-obatan ini bekerja dengan menghentikan replikasi virus di dalam tubuh, sehingga jumlah virus dalam darah (viral load) bisa ditekan sampai sangat rendah.

ART membantu menurunkan jumlah virus dalam darah hingga tidak terdeteksi. Dengan menekan replikasi virus, ART membantu sistem kekebalan tubuh untuk pulih dan bekerja lebih baik. Jika dikonsumsi dengan benar, ART bisa mencegah HIV berkembang menjadi AIDS.

Menariknya, jika viral load tidak terdeteksi, maka risiko penularan HIV ke orang lain melalui hubungan seks sangat rendah. Maka dari itu, ART harus diminum secara teratur agar efektif. Melewatkan dosisnya sedikit saja bisa membuat virus bermutasi dan menentang obat.

Pencegahan HIV

Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, Bro n Sis. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah tertular HIV. Cara yang paling mudah adalah menggunakan kondom. Pastikan kalian selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks vaginal, anal, atau oral untuk mengurangi risiko tertular HIV.

Selain itu, jangan pernah berbagi jarum suntik atau alat suntik lainnya untuk menyuntikkan narkoba, tindik, atau tato. Bagi kalian yang berisiko tinggi tertular HIV, ada baiknya untuk mencegah dengan Profilaksis Pra Pajanan (PrEP) yang diminum setiap hari.

Jika merasa memiliki risiko tinggi terpapar HIV, kalian juga bisa minum Profilaksis Pasca Pajanan (PEP), obat yang dikonsumsi dalam waktu 72 jam setelah kemungkinan terpapar HIV untuk mencegah virus berkembang biak. Nah, obat ini harus diminum setiap hari selama 28 hari.

Dalam mencegah, alangkah lebih baiknya jika kalian melalukan tes Penyakit Menular Seksual (PMS) pada tenaga ahli. Karena, PMS bisa meningkatkan risiko tertularnya HIV. Pastinya Bro n Sis enggak mau terpapar virus ini, dong.

Kesimpulan

Bro n Sis, kita sudah bahas panjang lebar tentang perbedaan HIV dan AIDS. Intinya, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sementara AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi yang terjadi ketika infeksi HIV sudah sangat parah dan merusak sistem kekebalan tubuh. 

Penting banget untuk mengerti bahwa HIV adalah penyebab AIDS, tetapi tidak semua orang dengan HIV akan mengembangkan AIDS, terutama dengan pengobatan yang tepat.

Penularan HIV terjadi melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi jarum suntik, dan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. HIV tidak menular melalui sentuhan, pelukan, atau ciuman biasa. Itu hanya mitos, ya!

Deteksi dini melalui tes HIV sangat penting agar bisa segera memulai pengobatan dengan terapi antiretroviral (ART), yang efektif dalam menekan viral load dan menjaga kesehatan orang dengan HIV. Pencegahan juga bisa dilakukan dengan menggunakan kondom, PrEP, dan PEP.Kita semua punya peran dalam meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang HIV dan AIDS. Dengan pengetahuan yang tepat, kita bisa lebih waspada, mendukung para ODHA, dan membantu mencegah penyebaran virus ini. Jadi, jangan ragu untuk melakukan tes HIV dan selalu cari bantuan medis jika diperlukan. Stay safe dan terus jaga kesehatan, Bro n Sis!

REFERENSI:

Writer: Diffa ZahraEditor: Khoirun Nida
Exit mobile version